Translate

Saturday, May 27, 2017

BERNIAT SEKALI UNTUK SEBULAN PENUH, PADA MAZHAB MALIKI

Membuka tabir yang belum terungkap pada MAZHAB MALIKI "BERNIAT SEKALI UNTUK SEBULAN PENUH".
silahkan baca perlahan2.

terkadang para ustadz ustadz yang menjadi imam tarawih atau bisa juga dipengajian umum, biasanya hanya manyampaikan saja kepada masyrakat awam tentang taklid niat puasa pada mazhab maliki, tetapi tidak dirincikan betul, atau biasanya setelah melaksanakan tarawih pada malam pertama biasa si imam mengajak jama'ah bertaklid kepada imam malik untuk berniat puasa sebulan penuh.
Misal, kata si imam: Supaya berjaga-jaga, kalo-kalo kita gak ingat berniat malamnya di hari selanjutnya, karena sudah terwakili dengan niat puasa sebulanan penuh punya nya imam malik tadi.

padahal tidak semudah itu, dan tidak sekucup itu berniat bertaklid pada imam Maliknya, kita harus tau dulu seperti apa sih niat di mazhab Maliki ini?,
naah disini ada keterangannya sedikit.

Fiqh mazhab Malikinya:
hasyiah imam as showi al maliki.


ﻭﻛﻔﺖ ﻧﻴﺔ) ﻭاﺣﺪﺓ (ﻟﻤﺎ) : ﺃﻱ ﻟﻜﻞ ﺻﻮﻡ (ﻳﺠﺐ ﺗﺘﺎﺑﻌﻪ) ﻛﺮﻣﻀﺎﻥ ﻭﻛﻔﺎﺭﺗﻪ ﻭﻛﻔﺎﺭﺓ ﻗﺘﻞ ﺃﻭ ﻇﻬﺎﺭ، ﻭﻛﺎﻟﻨﺬﺭ اﻟﻤﺘﺘﺎﺑﻊ؛ ﻛﻤﻦ ﻧﺬﺭ ﺻﻮﻡ ﺷﻬﺮ ﺑﻌﻴﻨﻪ ﺃﻭ ﻋﺸﺮﺓ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﺘﺘﺎﺑﻌﺔ 
Dan cukup niat satu kali saja (di awal malam puasa) untuk tiap-tiap puasa yang wajib "TATABU'" (ber'urutan/ber'iringan hari ke hari),
seperti puasa ramadhan (sebulan penuh berturut-turut), kifarat puasa ramadhan (2 bulan penuh berturut-turut), puasa kifarat pembunuhan (2 bulan penuh berturut-turut), puasa kifarat zihar (2 bulan berturut-turut), puasa nazar yang berturut-turut, seperti orang bernazar puasa sebulan misalnya pada bulan rajab,atau bernazar puasa 10 hari berturut-berturut, 
nah ini semua boleh-boleh saja berniat hanya 1x di malam awal puasanya.

Tapi masih ada syaratnya,ini dia syaratnya:

(ﺇﺫا ﻟﻢ ﻳﻨﻘﻄﻊ) ﺗﺘﺎﺑﻊ اﻟﺼﻮﻡ (ﺑﻜﺴﻔﺮ) ﻭﻣﺮﺽ ﻣﻤﺎ ﻳﻘﻄﻊ ﻭﺟﻮﺏ اﻟﺘﺘﺎﺑﻊ ﺩﻭﻥ ﺻﺤﺔ اﻟﺼﻮﻡ. ﻓﺈﻥ اﻧﻘﻄﻊ ﺑﻪ ﻟﻢ ﺗﻜﻒ اﻟﻨﻴﺔ اﻟﻮاﺣﺪﺓ ﺑﻞ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺗﻠﺒﻴﺘﻬﺎ ﻛﻠﻤﺎ 
ﺃﺭاﺩﻩ
niat 1x tadi masih berlaku apabila tidak terputus (TATABU' NYA) urutan iringan hari ke harinya puasa tadi dengan sebab seperti berlayar dan sakit, dan apa saja yang bisa memutus kewajiban tatabu' tadi,bukan memutus ke sahhan puasanya, jika tatabu' terputus dengan sebab itu tadi (musafir,sakit,dan lainnya yg membolehkan tidak puasa) maka niat 1x yang di awal tadi tidak lah mencukupi, tetapi mesti lah orang itu tadi mengulangi niatnya diketika iya hendak puasa lagi,
ﻭﻟﻮ ﺗﻤﺎﺩﻯ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﻮﻡ) ﻓﻲ ﺳﻔﺮﻩ ﺃﻭ ﻣﺮﺿﻪ.
meskipun dia tetap berpuasa pada saat perjalanan atau pada saat sakitnya.

gambarannya begini:
misalnya saya bermazhab Maliki, lalu di awal ramadhan dia berniat puasa sebulan penuh 1x niat saja,
kemudian di hari puasa yang ke 14, saya ini melakukan musafir yang jaraknya membolehkan tidak puasa, misalnya dari Banjarmasin ke Samarinda, namun ternyata saya tetap melanjutkan puasanya, ga mau batal puasanya, padahal boleh batal puasanya karena musafir tadi, maka dengan itu sebab musafir ini. Niat puasa tatabu' awal ramadhan tadi menjadi terputus, padahal saya masih tetap puasa, tetapi terputus sudah niatnya tadi. Setelah itu untuk puasa besok harinya, malamnya saya wajib berniat mengulanginya lagi, kalo tidak beniat apa-apa, maka puasa nya yang berniatkan mazhab Maliki tadi tidak sah lagi. Dan kalo saya mau istirahat di beberapa hari di Samarinda tanggal 14,15 sampai 16 maka saya tadi wajib berniat pada tiap-tiap malam tadi. tetapi kalo saya sudah pulang dari Samarinda misalnya 17 ramadhan dan sudah menetap diBanjarmasin sampai akhir puasa, maka dari malam 17 ramadhan itu cukup 1x niat saja untuk berpuasa di tanggal-tanggal sisanya, karena sudah bukan musafir lagi.

Begitu juga kalau saya sakit,
dari awal ramadhan berniat 1x niat saja,k ebetulan di malam 10 ramadhan,saya demam tinggi,sakit keras,kepala pusing,(sakit yang membolehkan untuk tidak berpuasa).
lalu di liat dulu, bila ternyata sampai sahur  saya tambah sakit, tetapi saya tetap ingin puasa juga,
maka saya harus melakukan mengulangi lagi niat mazhab Maliki tadi, memperbaharui niatnya, karena niat 1x awal puasa itu sudah terputus dengan sebab sakit,
sampai berapa hari sakit, sampai itu juga saya berniat tiap malam,bila ingin puasa,
kecuali misalnya tanggal 16 ramadhan sudah sembuh, maka dari malam 16 dan seterusnya itu sudah cukup 1x niat saja.

(ﺃﻭ ﻛﺤﻴﺾ) ﻭﻧﻔﺎﺱ ﻭﺟﻨﻮﻥ ﻭﻣﻤﺎ ﻳﻮﺟﺐ ﻋﺪﻡ ﺻﺤﺘﻪ ﻓﻼ ﺗﻜﻔﻲ اﻟﻨﻴﺔ، 

Atau yang memutus tatabu' itu karena haid dan nifas, dan apa saja yang menyebabkan puasanya gak sah, maka niat 1x di awal ramadhan itu juga tidak cukup.

ﺑﻞ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺇﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻭﻟﻮ ﺣﺼﻞ اﻟﻤﺎﻧﻊ ﺑﻌﺪ اﻟﻐﺮﻭﺏ ﻭﺯاﻝ ﻗﺒﻞ اﻟﻔﺠﺮ.

tetapi tidak boleh tidak (mesti) dia harus mengulangi niatnya,memperbaharui niatnya,kalau gak diperbaharui, tidak sah puasanya, meskipun haidnya cuma sebentar,misalnya terjadi haid dari jam 8 malam sampai jam 3 malam, tetap dia harus mengulangi niatnya.

gambarannya:
misalnya Azizah haid selama 6 hari, setelah itu bersih, maka si Azizah ini wajib memperbaharui niatnya kembali, cukup 1x saja untuk puasa selanjutnya, asal tadi gak ada musafir, dan gak ada sakit dll.

Sunday, May 21, 2017

Memberlakukan Uang Dalam Zakat Fitrah, Mazhab Hanafi


Kalau ngikut atau taqlid dengan mazhab Hanafi memberlakukan uang dalam zakat fitrah,
maka aturan dalam mazhab Hanafi juga harus di ikuti.

Ukuran setengah sho' boleh diterapkan tapi hanya pada beras yang kualitas terbaik, yang harganya 1 liternya 15000 rupiah lebih.

Adapun beras yang berkualitas rendah, yang harganya dibawah 10 000 rupiah, maka tetap wajib 1 sho', bukan setengah sho'. Dan 1 sho' disini wajib ngikut takaran mazhab Hanafi, bukan takaran mazhab Syafi'i.

Walhasil bersihnya kalau diuangkan (sama ada kualitas baik maupun buruk) zakat fitrahnya tidak kurang dari 50rb.


Kalau zakat uangnya dibawah 50rb kemungkinan ragu zakat fitrahnya jangan-jangan belum sah. 

Baiklah demikian pembahasan mengenai uang dalam zakat fitrah mazhab Hanafi, bersumber dari pendapat ustadz Awi Mahmud Martapura,kalsel dari beberapa kitab fiqih mazhab Hanafi, dan kitab muqarin lainnya, sampai jumpa,  wassalam.

Hukum Wajibnya Ber'imsak Beberapa Menit Sebelum Azan Subuh dari Syafi'iyah

Hukum wajibnya ber'imsak beberapa menit sebelum azan subuh di tinjau dari bahasan usul fiqh mazhab syafi'i,usul fiqh al mustashfa im...