Adapun pemikiran Filsafat Al-Farabi ialah tentang :
1. Rekonsiliasi Al-Farabi
2. Ketuhanan
3. Emanasi
4. Kenabian
5. Kenegaraan
6. Akal
7. Jiwa
1.
Rekonsiliasi Al-Farabi
Al-Farabi telah berhasil merekonsiliasikan beberapa ajaran filsafat sebelumnya, seperti Plato dan Aristoteles dan juga antara agama dan filsafat. Oleh karena itu, ia dikenal filosof sinkretisme yang mempercayai kesatuan filsafat.
Al-Farabi berkeyakinan bahwa aliran filsafat yang bermacam-macam itu hakikatnya satu, yaitu sama-sama mencari kebenaran yang satu, karena tujuan filsafat ialah memikirkan kebenaran sedangkan kebenaran itu hanya satu macam dan serupa pada hakikatnya.
2. Ketuhanan
Al-Farabi dalam pembahasan tentang ketuhanan mengkompromikan antara filsafat Aristoteles dan Neo-Platonisme, yakni al-Maujud al-Awwal (wujud pertama) sebagai sebab pertama bagi segala yang ada. Bentuk filsafat neo-Platonisme sendiri praktis telah melaksanakan penyatuan filsafat plato dan Aristoteles dalam dirinya. Konsep Al-Farabi ini tidak bertentangan dengan keesaan yang mutlak dalam ajaran Islam. Dalam membuktikan adanya Allah Al-Farabi mengemukakan dalil Wajibul Wujud dan Mumkin al-Wujud.
Dengan demikian Al-Farabi membagi wujud kepada dua bagian, yaitu:
1) Wujud yang nyata dalam sendirinya (Wajibul-wujud li dzatihi).
Wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujud-Nya. Esensinya adalah wujud yang sempurna dan adanya tanpa sebab dan wujudnya tidak terjadi karena lainnya.
2) Wujud yang mumkin atau wujud yang nyata karena lainnya
(wajibul-wujud lighairihi), seperti wujud cahaya yang tidak akan ada, kalau sekiranya tidak ada matahari.
3. Emanasi
Al-Farabi menemui kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya banyak alam yang bersifat materi dari Yang Maha Esa (Allah) jauh dari arti materi dalam Maha sempurna. Dalam filsafat Yunani, Tuhan bukanlah pencipta alam, melainkan Penggerak Pertama (prime
cause), seperti yang dikemukakan Aristoteles. Sementara dalam doktrin ortodok Islam (al-mutakallimin), Allah adalah Pencipta (shani, Agent), dari menciptakan tiada menjadi ada (ceiro ex nihillo).. untuk mengislamkan doktrin ini Al-Farabi, juga filosof lainnya mencari bantuan kepada Neoplatonis monistik tentang emanasi. Dengan demikian, Tuhan penggerak Aristoteles bergeser menjadi Allah pencipta.. dengan arti, Allah menciptakan alam semenjak alam azali, energi alam berasal dari energi yang kadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam adalah baharu.
4. Kenabian
Filsafat kenabian Al-Farabi erat kaitannya antara nabi dan filosof dalam kesanggupannya untuk mengadakannya komunikasi dengan akal fa’al. Motif lahirnya filsafat Al-Farabi ini disebabkan adanya pengingkaran terhadap eksistensi kenabian secara filosofis oleh Ahmad Inu Ishaq Al-Ruwandi (w. Akhir abad III H). Tokoh yang berkebangsaan Yahudi ini menurunkan beberapa karya tulis yang isinya mengingkari kenabian pada umumnya dan kenabian Muhammad Saw.
5. Kenegaraan
dan
Politik
Manusia menurut
Al-Farabi seperti
halnya
Plato, Aristoteles dan
ibn
Abi
Rabi’, bersifat sosial
yang tidak mugkin
hidup
sendiri-sendiri.
Makhluk
yang berkecenderungan
alami
untuk
hidup
bermasyarakat
dan
bantu-membantu untuk
kepentingan
bersama
dalam
mencapai
tujuan
hidup,
yakni
kebahagiaan.
Hal ini karena
manusia
tidak
mampu
memenuhi
semua
kebutuhannya
sendiri
tanpa
bantuan
atau
kerja
sama
dengan
pihak
lain.
6. Jiwa
jiwa manusia berasal dari materi asalnya memancar dari akal kesepuluh. Jiwa adalah jauhar rohani sebagai from bagi jasad. Kesatuan keduanya merupakan kesatuan secara accident, artinya masing-masing keduanya mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasa pada jiwa. Jiwa manusia disebut dengan al-nafs al-nathiqal, berasal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalq, berbentuk berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala jasad siap menerimanya.
7. Akal
Telah disebutkan bahwa akal, menurut Al-Farabi, ada tiga jenis,
1.Allah sebagai Akal;
2.Akal-akal dalam filsafatemanasi satu sampai sepuluh dan.
3.Akal yang terdapat dalam diri manusia.
No comments:
Post a Comment