baca Al-Qur'an dengan niat mutlak (tanpa niat zikir dan berdoa) atau niat yang sudah tertanam pada awalnya (yaitu niat baca al-qur'an secara lepas tanpa bersengaja).
ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻻ ﻳﻘﺮﺃ اﻟﺠﻨﺐ ﻭﻻ اﻟﺤﺎﺋﺾ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ اﻟﻘﺮﺁﻥ
Kata Imam Nawawi dalam syarahnya:
Ini hadist yang meriwayatkannya Imam Tirmidzi dan Baihaqi dari Ibnu Umar. Dan hadist ini ternyata
dhoif, yang mendhoifkannya pun gak tanggung-tanggung, Imam Tirmidzi dan Baihaqi juga.
ﻭﻫﺬا اﻟﺬﻱ ﺫﻛﺮﻩ ﻣﻦ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﺎﺋﺾ ﻫﻮ اﻟﺼﺤﻴﺢ اﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻭﺑﻪ ﻗﻄﻊ اﻟﻌﺮاﻗﻴﻮﻥ ﻭﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ اﻟﺨﺮاﺳﺎﻧﻴﻴﻦ
ini hukum yang telah mushannif sebut dalam al-muhazzab tentang keharaman membaca al-qur'an atas orang yang haidh iya lah hukum yang shohih,masyhur (dengan kata lain inilah hukum yang mu'tamad). Dengan hukum ini pula ulama irak dan beberapa himpunan dari ulama khurasan
berfatwa;
ﻭﺣﻜﻰ اﻟﺨﺮاﺳﺎﻧﻴﻮﻥ ﻗﻮﻻ ﻗﺪﻳﻤﺎ ﻟﻠﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻬﺎ ﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ
Namun himpunan ulama khurasan lainnya ternyata ada punya satu riwayat
"Qaul Qodim" milik Imam Syafi'i "
bahwa boleh membaca al-qur'an bagi perempuan haid ". Oke kita langsung pada pokoknya saja ya.
ﻭاﺣﺘﺞ ﻣﻦ ﺃﺛﺒﺖ ﻗﻮﻻ ﺑﺎﻟﺠﻮاﺯ اﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻲ ﻋﻠﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻬﻴﻦ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﺨﺎﻑ اﻟﻨﺴﻴﺎﻥ ﻟﻄﻮﻝ اﻟﺰﻣﺎﻥ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﺠﻨﺐ ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ ﺃﻧﻬﺎ ﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﻌﻠﻤﺔ ﻓﻴﺆﺩﻱ ﺇﻟﻰ اﻧﻘﻄﺎﻉ ﺣﺮﻓﺘﻬﺎ
Para ulama Syafi'iyah yang berfatwa "bolehnya membaca Al-Qur'an bagi wanita haid" mereka masih berselisih faham pada alasan kebolehan itu,atas dua versi:
versi pertama: bahwa perempuan yang hafizah(penghafal al-qur'an) dia takut hilang hafalannya, karena lamanya masa haid,berbeda dengan junub, kalau junub kan hanya tinggal mandi saja.
versi kedua: terkadang perempuan itu ada yang berprofesi sebagai guru/ustadzah yang berhubungan dengan al-Qur'an, kalau diharamkan baca al-Qur'an,ini kan memutus profesinya sementara, bahkan mungkin bisa dipecat kalau dia ikut kerja dibawah naungan orang lain.
ﻓﺈﻥ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺎﻷﻭﻝ ﺟﺎﺯ ﻟﻬﺎ ﻗﺮاءﺓ ﻣﺎ ﺷﺎءﺕ ﺇﺫ ﻟﻴﺲ ﻟﻤﺎ ﻳﺨﺎﻑ ﻧﺴﻴﺎﻧﻪ ﺿﺎﺑﻂ ﻓﻌﻠﻰ ﻫﺬا ﻫﻲ ﻛﺎﻟﻄﺎﻫﺮ ﻓﻲ اﻟﻘﺮاءﺓ
Jadi jika kita ambil illat kebolehannya itu pendapat "versi pertama" maka bolehlah bagi perempuan haid itu membaca al-Qur'an sekehendaknya (tidak ada batasan waktu dan jumlah-jumlah tertentu)
karena kan masalah takut hilang hapalan ini gak ada ukuran penentuannya,(karena masalah hapalan al-qur'an ini antara otak satu dengan lainnya gak sama) maka atas pendapat ini, siperempuan haid ini hukumnya sama seperti perempuan gak haid dalam kebolehannya baca al-Qur'an.
ﻭﺇﻥ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺎﻟﺜﺎﻧﻲ ﻟﻢ ﻳﺤﻞ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﺤﺎﺟﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻓﻲ ﺯﻣﺎﻥ اﻟﺤﻴﺾ
Namun jika kita memakai alasan pendapat ke kedua:
maka wanita haid ini tidak boleh membaca al-Qur'an, kecuali hanya di perlukan sewaktu dia mengajar saja, jadi dia ini hanya boleh baca al-Qur'an waktu mengajar di TPA/TK, sekolahan atau tahfiz saja. Adapun diluar pengajaran hukum nya tetap haram.
ﻫﻜﺬا ﺫﻛﺮ اﻟﻮﺟﻬﻴﻦ ﻭﺗﻔﺮﻳﻌﻬﻤﺎ ﺇﻣﺎﻡ اﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﻭﺁﺧﺮﻭﻥ ﻫﺬا ﺣﻜﻢ ﻗﺮاءﺗﻬﺎ ﺑﺎﻟﻠﺴﺎﻥ
Inilah penyebutan dua versi, dan yang merincikan kedua versi ini adalah Imam Haramain dan lainnya, dan ini berlaku hukumnya bila baca al-Qur'an lewat lidah dan bersuara.
ﻓﺄﻣﺎ ﺇﺟﺮاء اﻟﻘﺮاءﺓ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻠﺐ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﺤﺮﻳﻚ اﻟﻠﺴﺎﻥ ﻭاﻟﻨﻈﺮ ﻓﻲ اﻟﻤﺼﺤﻒ ﻭﺇﻣﺮاﺭ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻓﻲ اﻟﻘﻠﺐ ﻓﺠﺎﺋﺰ ﺑﻼ ﺧﻼﻑ
Adapun membaca lewat hati tanpa menggerakkan lidah dan tanpa suara sambil dia memandang mushaf, maka itu boleh tanpa ada khilaf.
ﻭﺃﺟﻤﻊ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻋﻠﻰ ﺟﻮاﺯ اﻟﺘﺴﺒﻴﺢ ﻭاﻟﺘﻬﻠﻴﻞ ﻭﺳﺎﺋﺮ اﻷﺫﻛﺎﺭ ﻏﻴﺮ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﻠﺤﺎﺋﺾ ﻭاﻟﻨﻔﺴﺎء ﻭﻗﺪ ﺗﻘﺪﻡ ﺇﻳﻀﺎﺡ ﻫﺬا ﻣﻊ ﺟﻤﻞ ﻣﻦ اﻟﻔﺮﻭﻉ اﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺑﺎﺏ ﻣﺎ ﻳﻮﺟﺐ اﻟﻐﺴﻞ ﻭاﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ
Dan sudah konsensus para ulama: atas
bolehnya feminim yang sedang haid dan nifas baca tasbih, tahlil, dalail, burdah, dan sholawat yang bukan al-Qur'an. Dalam fatwa Imam Qoffal Shogir, beliau membolehkan qaul qadim ini, dan menyetujui hukum kebolehan orang haid membaca al-Quran.
مسألة:
على القول الذي يقول: للحائض قراءة القرآن .فإن أجنبت فإن لها أن نغتسل لقراءة القرآن .لأنها لما أجنبت امتنع بذلك القراءة
Masalah:
Menanggapi atas pernyataan (Imam Abu Tsaur mengutip dari qaul qodim) yang katanya:
Boleh bagi wanita haid baca al-Qur'an, Imam Qoffal menambah perinciannya, jika siwanita haid ini sedang junub,maka boleh bagi dia mandi junub untuk membaca al-Quran,karena kan manakala dia junub,tertegahlah bagi dia baca alquran,jadi kalau udah mandi maka boleh lah bagi dia baca al-Qur'annya.
gambarannya begini,contoh; seorang tahfizah,dia dalam keadaan haid,kemudian dia ingin menguatkan hafalannya,akan tetapi sebelum masuk masa haidnya,dia sudah dalam keadaan junub,maka dari itu diwajibkan mandi junub dulu,setelah selesai mandi junubnya,baru deh, melakukan muraja'ah menguatkan hafalan al-Qur'annya.
Kesimpulannya:
Boleh bagi wanita haid membaca al-Qur'an dalam situasi dan kondisi:
1. sewaktu mengajar al-Qur'an di TPA/TK,sekolahan dan tahfiz atau tempat lainnya.
2. sewaktu muraja'ah al-Qur'an untuk menjaga hafalan al-Quran,agar tidak hilang hafalannya.
Adapun untuk MTQ tilawah remaja,dewasa,dan tilawah qira'at remaja dan dewasa "tetap haram",namun untuk MHQ (musabaqah hifzil Qur'an) golongan 10 juz,20 juz dan 30 juz,
boleh tapi makruh.
sumber dari ust.Awi mahmud yang mengacu dari hasil semua redaksi kitab-kitab di atas.
Mohon maaf ya apabila ada kesalahan dan mohon masukannya ya sobat-sobat kalau saya ada kesalahan,kekeliruan dan silahkan tinggalkan saran & kritik anda dikolom komentarnya.